La Nyalla Mattalitti menganggap korupsi 1,1 miliar kecil.
Banyak yang mengungkapkan bahwa seorang penasehat hukum, tentu akan membela kliennya.
Apa yang disampaikan penasehat hukum tentu sudah sesuai kesepakatan bersama klien yang ia bela.
Potret ini terjadi saat Penasihat hukum La Nyalla Mattalitti, Aristo Pangaribuan menjelaskan, bahwa kasus korupsi yang “menjerat” kliennya sebenarnya hanyalah kasus korupsi kecil.
Ia menyebut korupsi kecil karena keuntungan La Nyalla dari korupsi dana hibah hanyalah Rp 1,1 miliar.
La Nyalla membeli saham Bank Jatim senilai Rp 5,3 miliar. Setelah itu, laku ia jual dengan harga Rp Rp 6,4 miliar. La Nyalla pun untung Rp 1,1 miliar.
Cara pandang dan penilaian penasehat hukum itu sebenarnya hanyalah potret berpikir La Nyalla.
Padahal uang Rp 1,1 miliar, bagi pemerintah setingkat desa sudah bisa digunakan untuk berbagai program yang menyejahterakan rakyatnya, terkait akses permodalan dan lainnya.
Bagi La Nyalla, uang Rp 1,1 miliar itu kecil.
“Kasus La Nyalla tergolong korupsi biasa. Sebab, nilai kerugian negara yang ditimbulkan hanya Rp 1,1 miliar. Jadi, kalau dilihat secara nominal, ya biasa-biasa aja, relatif kecil,” kata Aristo Pangaribuan kepada wartawan, 28 Desember 2016.
KPK sendiri sebenarnya sudah berupaya selalu hadir dan memantau persidangan La Nyalla. Buka karena nilai korupsinya, tapi karena KPK tahu, bahwa La Nyalla terlibat dalam banyak kasus korupsi.
Penyidik KPK pernah dua kali menyambangi Kejagung untuk memeriksa mantan Ketua PSSI ini sebagai saksi.
Saat itu, KPK mencecar La Nyalla terkait kasus dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan di RS Unair, Surabaya.
Dalam kasus ini, penyidik KPK sudah mengantongi barang-barang bukti hasil penyitaan KPK di kantor PT Pembangunan Perumahan (PT PP).
Perusahaan La Nyalla, yaitu Airlangga Tama, melakukan joint operation dengan PT PP di rumah sakit itu sejak 2010.
Kurang puas dengan jawaban La Nyalla, KPK kembali memeriksa La Nyalla untuk yang kedua kali, sekitar bulan Maret 2015.
Saat itu, penyidik KPK kembali mencecar La Nyalla terkait proyek RS Unair, Surabaya.
Namun, seperti yang sudah pernah kita dengar, jawaban La Nyalla selalu absurd dan lari dari persoalan. Ia licin, dan tak takut dengan penyidik KPK.
Dalam satu kesempatan di hadapan wartawan, La Nyalla dengan entengnya menjawab bahwa ia tak mengetahui apa-apa, terkait kasus korupsi yang dituduhkan kepadanya.
“Nggak, nggak ada apa-apa. Nggak ada yang saya ketahui jelas,” katanya sembari menuju mobil tahanan Kejaksaan Agung, Jakarta, 21 Juni 2016.